JAKARTA - Banyak keluarga mengira bahwa makanan rumahan yang sudah matang bisa dibiarkan begitu saja di meja makan tanpa menimbulkan masalah. Anggapan tersebut masih sangat umum sehingga banyak orang tidak menyadari bahwa kebiasaan ini dapat memicu gangguan kesehatan serius.
Padahal, suhu ruang justru menjadi kondisi paling ideal bagi bakteri untuk berkembang biak dengan cepat. Risiko kontaminasi dapat meningkat hanya dalam hitungan jam ketika makanan tidak ditangani dengan benar.
Hal inilah yang ditekankan oleh Reisi Nurdiani, dosen Departemen Gizi Masyarakat IPB University, ketika membahas keamanan pangan di rumah tangga. Ia mengingatkan bahwa makanan rumahan memiliki batas waktu aman yang harus diperhatikan dengan cermat.
Menurut Reisi, makanan matang pada suhu ruang 25–30°C hanya aman dikonsumsi dalam kurun waktu 2–4 jam. Namun ketika suhu ruangan lebih dari 32°C, waktu aman itu menyusut drastis menjadi hanya sekitar 1 jam saja.
Reisi menjelaskan bahwa setelah melewati batas waktu tersebut, bakteri berbahaya seperti Staphylococcus aureus, E. coli, dan Salmonella dapat berkembang dengan cepat. Kondisi ini memungkinkan toksin terbentuk dan mengancam kesehatan siapa pun yang mengonsumsinya.
Penjelasan tersebut disampaikan dalam siaran pers pada Kamis, 24 September 2025, sebagai pengingat penting mengenai bahaya yang sering diabaikan. Informasi ini menjadi relevan terutama bagi keluarga yang terbiasa memasak dalam jumlah banyak.
Mengapa Makanan Matang Harus Segera Didinginkan
Untuk menjaga kualitas dan keamanan pangan di rumah, Reisi menyarankan agar makanan segera didinginkan jika tidak langsung dikonsumsi. Langkah sederhana ini mampu menekan pertumbuhan bakteri yang sangat cepat pada suhu menengah.
Penyimpanan ideal dilakukan di lemari es dengan suhu maksimal 5°C guna menjaga kesegaran makanan. Pendinginan cepat menjadi kunci agar makanan tetap aman hingga waktu makan berikutnya.
Ia juga menekankan pentingnya memahami konsep holding time, yaitu lamanya makanan berada pada suhu tertentu sebelum dikonsumsi kembali. Holding time menentukan apakah makanan masih layak dimakan atau justru berisiko memicu keracunan.
Reisi menjelaskan bahwa bakteri penyebab penyakit berkembang pesat pada rentang suhu 5°C hingga 60°C. Jika makanan ingin disimpan semalaman, maka harus segera dimasukkan ke lemari pendingin untuk menghindari zona bahaya tersebut.
Ketika makanan yang disimpan hendak dimakan kembali, makanan harus dipanaskan hingga mencapai suhu internal minimal 74°C. Pemanasan dengan suhu tersebut memastikan bakteri yang sempat berkembang dapat dinonaktifkan.
Namun Reisi juga mengingatkan bahwa pemanasan ulang bukan berarti seluruh risiko hilang. Beberapa bakteri tertentu dapat menghasilkan toksin yang tidak hancur meskipun makanan telah dipanaskan kembali.
Risiko Besar Makanan yang Dibiarkan di Suhu Ruang
Reisi menegaskan bahwa membiarkan makanan di suhu ruang semalaman sangat berbahaya. Banyak keluarga mengira bahwa memanaskan kembali makanan sudah cukup untuk membuatnya aman.
Sayangnya, beberapa bakteri seperti Staphylococcus aureus mampu memproduksi toksin tahan panas yang tidak hilang meski dipanaskan. Artinya, makanan yang tampak normal pun dapat mengandung bahaya yang tidak terlihat.
Ia mengimbau agar pemanasan ulang makanan tidak dilakukan berulang kali. Pemanasan terlalu sering dapat menurunkan kualitas gizi serta meningkatkan risiko kontaminasi silang.
Selain itu, pengolahan yang tidak tepat juga membuat makanan mudah rusak meskipun tampilannya masih terlihat baik. Pengguna rumahan sering tidak menyadari perubahan kualitas karena kerusakan mikrobiologis tidak selalu tampak secara visual.
Dari sisi penggunaan bumbu, Reisi menyebutkan bahwa rempah seperti kunyit, bawang, dan cabai memang memiliki senyawa antimikroba. Rempah-rempah tersebut bisa memperlambat pertumbuhan bakteri hingga tingkat tertentu.
Namun ia menegaskan bahwa kandungan tersebut tidak cukup untuk menjamin makanan aman disimpan di suhu ruang dalam waktu lama. Bahan pangan segar seperti daging dan sayuran tetap mudah rusak meski dibumbui dengan rempah kuat.
Kondisi ini terutama harus diperhatikan oleh keluarga yang terbiasa memasak lebih banyak untuk keperluan sehari penuh. Kebiasaan membiarkan makanan tetap berada di meja makan selama berjam-jam sangat rentan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bakteri.
Jika kebiasaan ini terus dilakukan, risiko keracunan makanan akan semakin meningkat. Banyak kasus terjadi bukan karena bahan buruk, tetapi karena penyimpanan yang tidak sesuai standar keamanan pangan.
Tips Aman Menyimpan Bekal untuk Pekerja dan Pelajar
Reisi juga memberikan perhatian khusus pada pekerja yang sering membawa bekal dari rumah. Ia menyarankan memilih menu yang lebih tahan lama dan tidak mudah rusak ketika berada di suhu ruang selama beberapa jam.
Beberapa contoh menu yang lebih stabil di antaranya ayam goreng, tempe orek, ayam kecap, serta nasi dengan lauk kering. Makanan berkuah tidak dianjurkan disimpan bersama lauk karena mudah mengalami perubahan kualitas.
Ia menekankan pentingnya memisahkan sayur berkuah ke dalam wadah berbeda untuk menjaga keamanannya. Penggunaan wadah kedap udara yang aman untuk makanan sangat disarankan.
Bila memungkinkan, penggunaan cooling bag membantu menjaga suhu makanan tetap rendah hingga jam makan siang tiba. Peralatan penyimpanan yang tepat sangat menentukan kualitas makanan yang dikonsumsi.
Reisi mengingatkan bahwa bekal sebaiknya terdiri atas karbohidrat, protein hewani maupun nabati, serta dilengkapi sayur dan buah. Kombinasi tersebut penting untuk menjaga kecukupan gizi harian.
Namun ia juga menegaskan bahwa keamanan makanan tetap harus menjadi prioritas utama. Komposisi gizi yang baik tidak ada artinya jika makanan terkontaminasi bakteri.
Sebelum memasukkan makanan ke dalam wadah bekal, pastikan wadah bersih dan benar-benar kering. Kelembapan pada wadah dapat memicu pertumbuhan bakteri lebih cepat.
Wadah yang aman dan higienis akan menjaga nutrisi tetap stabil hingga waktu makan siang tiba. Inilah langkah sederhana yang sering diabaikan banyak orang.
Pada akhirnya, Reisi menegaskan pentingnya memahami bahwa keamanan pangan adalah bagian dari kesehatan keluarga. Kebiasaan sederhana seperti penyimpanan yang benar dapat mencegah risiko besar di kemudian hari.
Ia mengingatkan bahwa makanan rumahan tetap harus diperlakukan sesuai standar keamanan yang tepat agar tidak menimbulkan bahaya tersembunyi. Dengan memahami batas aman suhu ruang, keluarga dapat menikmati makanan tanpa kekhawatiran.