JAKARTA - Petani di Baron, Nganjuk, Jawa Timur, terpaksa memanen jagung lebih awal karena banjir melanda lahan mereka. Curah hujan tinggi membuat tanaman jagung rawan membusuk sehingga panen tidak dapat menunggu waktu normal.
Warga setempat melaporkan hasil panen menurun drastis. Dari sebelumnya sekitar 800 hingga 1000 kilogram per lahan kurang dari satu hektare, kini hanya tersisa 400 hingga 500 kilogram.
Foto yang diambil pada Rabu, 19 November 2025, memperlihatkan petani tengah memanen jagung di lahan yang terendam air. Kondisi ini menjadi bukti nyata dampak curah hujan ekstrem terhadap sektor pertanian lokal.
Dampak Banjir Terhadap Produksi dan Pendapatan Petani
Turunnya hasil panen berpotensi mengurangi pendapatan petani secara signifikan. Panen dini yang terpaksa dilakukan membuat kualitas jagung juga menurun karena tanaman belum sepenuhnya matang.
Sejumlah petani mengaku harus bekerja lebih keras untuk memanen jagung sebelum tanaman rusak. Risiko kerugian semakin tinggi ketika banjir merendam lahan dalam waktu lebih lama.
Banjir juga menyebabkan kesulitan dalam transportasi hasil panen. Jalanan yang tergenang air membuat pengiriman jagung ke pasar atau tempat pengolahan menjadi terhambat.
Upaya Mengantisipasi Kerugian dan Perlindungan Petani
Petani mencoba menyelamatkan sebagian hasil panen dengan memanen lebih cepat. Langkah ini diambil untuk meminimalkan kerusakan akibat air yang menggenangi lahan mereka.
Beberapa petani juga berencana menyimpan jagung di tempat aman. Hal ini dilakukan agar jagung tetap dapat dijual dan digunakan meski panen lebih sedikit dari biasanya.
Kejadian banjir ini menjadi peringatan bagi pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan mitigasi bencana di wilayah pertanian. Infrastruktur irigasi dan drainase yang lebih baik diharapkan dapat mengurangi risiko banjir di masa depan.
Selain itu, penyuluhan dan bantuan alat pertanian juga penting. Dukungan ini akan membantu petani mengelola panen lebih efektif saat curah hujan tinggi.
Prospek Masa Depan dan Harapan Petani
Petani berharap cuaca segera membaik agar sisa tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Mereka juga berharap pemerintah memberikan bantuan atau subsidi untuk menutupi kerugian akibat panen yang menurun.
Kesadaran tentang perubahan iklim dan cuaca ekstrem menjadi semakin penting. Petani dituntut adaptif dan kreatif dalam menghadapi tantangan produksi akibat banjir dan curah hujan tinggi.
Peristiwa ini menyoroti pentingnya sistem peringatan dini banjir. Dengan informasi yang tepat, petani dapat merencanakan panen dan mengurangi risiko kerugian yang lebih besar.
Panen jagung dini di Nganjuk menjadi contoh nyata dampak cuaca ekstrem pada sektor pangan. Upaya adaptasi dan mitigasi menjadi kunci agar produksi pertanian tetap stabil di tengah tantangan iklim.