Bahaya Makanan Ultra-Proses yang Mengintai Kesehatan, Pemerintah Diminta Bertindak Tegas

Senin, 24 November 2025 | 09:47:43 WIB
Bahaya Makanan Ultra-Proses yang Mengintai Kesehatan, Pemerintah Diminta Bertindak Tegas

JAKARTA - Perubahan pola makan manusia dunia kini semakin mengkhawatirkan karena beralih dari makanan segar ke makanan instan dan serba praktis. Kondisi ini membuat banyak ahli internasional merasa perlu memberikan peringatan keras kepada publik.

Para peneliti menegaskan bahwa peningkatan konsumsi makanan ultra-proses telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Mereka menilai langkah nyata harus segera dilakukan untuk menekan konsumsi produk tersebut.

Makanan ultra-proses dinilai meningkatkan risiko penyakit kronis yang sulit disembuhkan. Ini termasuk obesitas, diabetes tipe 2, hingga tekanan mental seperti depresi yang kini banyak muncul pada usia produktif.

Dalam ulasan penelitian global yang diterbitkan pada publikasi ilmiah kesehatan ternama, para ahli meminta pemerintah seluruh dunia bergerak lebih agresif. Tujuannya agar akses masyarakat terhadap makanan bergizi kembali diperkuat.

Ancaman Serius dari Makanan Ultra-Proses

Pakar menjelaskan bahwa masalah utama dari makanan ultra-proses bukan sekadar kurang nutrisi baik. Bahayanya justru terletak pada cara pembuatannya dan bahan tambahan yang digunakan.

Produk semacam ini biasanya mengandung pengawet, pemanis buatan, pewarna sintetis, dan aditif kimia lain yang tidak ditemukan di dapur rumah. Semua kandungan itu dapat memberikan dampak buruk bagi fungsi tubuh dalam jangka panjang.

Makanan dikategorikan sebagai ultra-proses bila memiliki lebih dari lima bahan tambahan yang tidak wajar untuk konsumsi harian. Jumlah zat kimia yang berlebih dapat mengubah respons tubuh dalam memproses makanan.

Contoh makanan ultra-proses yang paling sering dikonsumsi adalah mi instan, sosis, keripik, es krim, minuman bersoda, dan berbagai kudapan kemasan. Banyak orang memilihnya karena rasanya enak dan harga terjangkau.

Survei internasional menunjukkan bahwa konsumsi makanan olahan meningkat pesat di banyak negara. Pergeseran ini memperburuk kualitas makanan yang dikonsumsi masyarakat setiap hari.

Makanan ultra-proses cenderung tinggi gula dan lemak jenuh. Di sisi lain, kandungan serat dan proteinnya sangat rendah hingga tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi seimbang.

Temuan Penelitian Global Mengenai Dampak UPF

Tinjauan terhadap berbagai studi jangka panjang dilakukan oleh 43 ahli dunia. Analisis tersebut memperhatikan lebih dari 100 penelitian yang mencakup ribuan peserta di banyak negara.

Para peneliti menemukan bahwa konsumsi makanan ultra-proses terkait dengan peningkatan risiko sebelas hingga dua belas jenis penyakit serius. Kondisi ini termasuk penyakit ginjal, penyakit jantung, dan kematian dini karena sebab apa pun.

Salah satu penulis riset, Prof Carlos Monteiro dari Universitas Sao Paulo, menjelaskan bahwa konsumsi makanan ultra-proses telah menggeser kebiasaan makan alami manusia. Makanan segar semakin ditinggalkan karena mudahnya akses produk olahan.

Ia menegaskan perusahaan besar yang memproduksi makanan ultra-proses memperoleh keuntungan besar melalui pemasaran dan harga murah. Strategi itu mengubah kebiasaan makan masyarakat menjadi semakin ketergantungan pada produk kemasan.

Prof Monteiro menyebut pemasaran agresif serta lobi kuat industri makanan menjadi penghambat upaya kesehatan masyarakat. Bahkan kebijakan pengaturan produk berisiko sering mengalami penolakan.

Rekan penulis penelitian, Dr Phillip Baker dari University of Sydney, mengusulkan tindakan terkoordinasi dalam skala global. Ia menilai upaya membatasi industri ini harus sebanding dengan perjuangan melawan perusahaan rokok di masa lalu.

Hubungan Sebab Akibat Masih Perlu Diteliti Lebih Lanjut

Beberapa ilmuwan mengingatkan bahwa penelitian saat ini belum sepenuhnya membuktikan hubungan sebab langsung antara UPF dan penyakit. Namun mereka menegaskan bukti yang ada sudah cukup menjadi dasar tindakan preventif.

Hambatan yang ada adalah sulitnya memisahkan efek makanan ultra-proses dari faktor lain seperti pola hidup dan tingkat ekonomi seseorang. Perilaku makan biasanya terkait dengan banyak variabel pendukung kesehatan.

Sebagian pengkritik menilai klasifikasi Nova terlalu fokus pada tingkat pengolahan makanan, bukan kualitas nutrisinya. Mereka menilai beberapa makanan yang bermanfaat juga masuk kategori ultra-proses.

Sebagai contoh, yoghurt rendah lemak, roti gandum, dan sereal sarapan juga dikategorikan makanan ultra-proses. Bahkan formula bayi yang memiliki peran penting untuk tumbuh kembang juga termasuk di dalamnya.

Prof Kevin McConway, seorang pakar statistik terapan, menyebut penelitian saat ini hanya menemukan korelasi saja. Ia mengatakan masih dibutuhkan penjelasan lebih dalam terkait apa yang benar-benar membahayakan dari makanan ini.

Prof McConway juga menilai tidak semua makanan ultra-proses memiliki efek merusak kesehatan yang sama. Menurutnya, ada yang masih aman jika dikonsumsi dalam jumlah wajar.

Ia tetap mengakui bahwa beberapa jenis makanan ultra-proses dapat meningkatkan risiko penyakit kronis. Namun hal itu tidak berarti seluruh produk UPF memberi dampak buruk dalam tingkat yang setara.

Para ahli tetap menegaskan urgensi langkah antisipatif untuk melindungi masyarakat. Sebab konsumsi yang berlebihan jelas memberikan potensi ancaman kesehatan yang nyata.

Perlu Upaya Global untuk Mengurangi Konsumsi UPF

Penelitian ini menyerukan adanya regulasi kuat dari pemerintah di berbagai negara. Langkah yang diusulkan termasuk pemberian label peringatan bahaya pada kemasan makanan.

Selain itu, pajak lebih tinggi dapat diterapkan pada jenis makanan ultra-proses tertentu. Pendapatan pajak kemudian dapat digunakan untuk memperluas akses makanan bergizi yang lebih terjangkau.

Para ahli meminta kampanye edukasi publik ditingkatkan agar masyarakat lebih sadar apa yang mereka konsumsi. Informasi nutrisi yang jelas dan mudah dipahami harus menjadi prioritas dalam kebijakan pangan.

Masyarakat diharapkan dapat kembali menjadikan makanan segar dan minim olahan sebagai pilihan utama. Nutrisi seimbang sangat diperlukan untuk mencegah penyakit metabolik yang kini makin banyak diderita usia muda.

Di tengah arus pemasaran global yang massif, kesadaran individu penting untuk terus ditumbuhkan. Pemilihan makanan harus menjadi langkah preventif pertama dalam menjaga kesehatan jangka panjang.

Para pakar sepakat bahwa perubahan pola makan dunia tidak boleh dibiarkan begitu saja. Jika tidak diatur, generasi masa depan berisiko menghadapi epidemi penyakit yang jauh lebih berat.

Upaya pencegahan sudah menjadi keharusan untuk menekan masalah kesehatan yang semakin merajalela. Penelitian lanjutan akan tetap dilakukan untuk memperjelas aspek risiko yang paling berdampak pada tubuh manusia.

Terkini