JAKARTA - Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan panas bumi generasi terbaru yang lebih fleksibel dan efisien.
Teknologi ini memungkinkan energi panas bumi dimanfaatkan tidak hanya untuk listrik, tetapi juga untuk proses industri, termasuk pemanasan dan pendinginan, sehingga mendukung target bauran energi baru terbarukan (EBT) nasional.
Menurut Fabby Tumiwa, CEO Institute for Essential Services Reform (IESR), pengalaman Indonesia dalam mengelola minyak, gas, dan hidrotermal dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pemanfaatan sistem panas bumi generasi terbaru dan menurunkan biaya energi.
"Indonesia dapat memanfaatkan keahlian minyak dan gas, serta panas bumi (hidrotermal) yang kita miliki untuk membantu mengubah potensi ini menjadi proyek nyata dan mempercepat penurunan biaya pemanfaatan energi panas bumi," ujarnya, Selasa, 2 Desember 2025.
Keunggulan Panas Bumi Generasi Terbaru Dibanding Konvensional
Sistem panas bumi generasi terbaru memiliki keunggulan utama dibandingkan hidrotermal konvensional. Tidak seperti hidrotermal yang bergantung pada reservoir bawah tanah alami, sistem terbaru bisa dikembangkan di hampir semua lokasi yang memiliki sumber panas memadai.
Keunggulan ini memungkinkan pemanfaatan di area yang sebelumnya dianggap kurang ideal, sekaligus menghindari risiko sosial dan lingkungan seperti konflik lahan atau dampak negatif di kawasan lindung dan permukiman.
Dengan fleksibilitas tersebut, Indonesia bisa memperluas kapasitas panas bumi secara signifikan tanpa mengganggu ekosistem atau masyarakat sekitar.
Potensi Panas Bumi untuk Industri dan Listrik
Pemanfaatan panas bumi generasi terbaru memungkinkan penyaluran hingga 90 persen kebutuhan panas di sektor manufaktur utama. Dengan begitu, berbagai industri—mulai dari pengolahan makanan, logistik, hingga pusat data—dapat memanfaatkan panas bumi sebagai sumber energi andal dengan biaya yang kompetitif.
Selain itu, teknologi ini dapat mendukung pendinginan terpusat (district cooling), yang penting untuk kawasan industri dan perkantoran modern. Hal ini membuat panas bumi generasi terbaru menjadi solusi ganda: memenuhi kebutuhan panas dan mendinginkan fasilitas dengan efisiensi tinggi.
Penerapan teknologi ini juga bisa membantu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap PLTU batu bara dan bahan bakar impor, sehingga mendorong ketahanan energi nasional.
Pengembangan Teknologi dan Infrastruktur Pendukung
Sebagai negara di wilayah Cincin Api Pasifik, Indonesia memiliki pengalaman panjang dalam pengeboran dan eksplorasi. Keahlian ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan sistem panas bumi generasi terbaru, termasuk teknologi pengeboran di lokasi non-konvensional.
Selain itu, pengalaman industri minyak dan gas membantu mempercepat pembangunan infrastruktur, menekan biaya, dan mempersingkat waktu implementasi proyek panas bumi. Dengan kemajuan teknologi ini, energi panas bumi bisa lebih terjangkau dan lebih cepat tersedia bagi sektor industri maupun komersial.
Menurut Fabby, pemanfaatan sistem panas bumi generasi terbaru tidak hanya soal listrik, tetapi juga strategi untuk mengurangi biaya energi, meningkatkan ketersediaan energi bersih, dan menyiapkan Indonesia menghadapi tantangan energi global.
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Panas Bumi
Selain keuntungan teknis, pemanfaatan panas bumi generasi terbaru berdampak pada ekonomi dan lapangan kerja. Proyek panas bumi dapat membuka ribuan pekerjaan baru, dari konstruksi, operasi, hingga penelitian dan pengembangan teknologi energi.
Secara lingkungan, penggunaan energi panas bumi membantu menurunkan emisi gas rumah kaca dibandingkan pembangkit berbahan bakar fosil. Hal ini sejalan dengan target nasional untuk meningkatkan kontribusi energi baru terbarukan (EBT) dan mengurangi ketergantungan impor energi.
Dengan pengelolaan yang tepat, panas bumi generasi terbaru juga mendorong inovasi industri lokal, misalnya dalam produksi peralatan panas bumi, sistem pendinginan terpusat, dan integrasi dengan fasilitas manufaktur berbasis energi hijau.
Indonesia Siap Menjadi Pemain Panas Bumi Global
Dengan cadangan panas bumi yang melimpah, termasuk potensi PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) mencapai 2.160 GW, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi pemain global dalam energi panas bumi.
Teknologi generasi terbaru memperluas fleksibilitas pemanfaatan, membuka akses ke wilayah sebelumnya tidak ekonomis, dan menurunkan biaya produksi energi.
Penerapan panas bumi generasi terbaru memungkinkan Indonesia tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga menjadi pemasok energi panas bersih untuk industri regional. Dengan strategi pengembangan yang terintegrasi, pemanfaatan panas bumi bisa menjadi fondasi bagi kemandirian energi nasional.
Dengan pemanfaatan panas bumi generasi terbaru, Indonesia memiliki kesempatan untuk:
Memenuhi 90 persen kebutuhan panas industri manufaktur utama.
Mengurangi ketergantungan terhadap PLTU batu bara dan bahan bakar impor.
Mendorong pengembangan teknologi energi domestik.
Memberikan kontribusi nyata terhadap target bauran energi baru terbarukan.
Teknologi ini menunjukkan bahwa masa depan energi Indonesia bisa lebih bersih, andal, dan efisien, jika strategi pemanfaatan panas bumi generasi terbaru dijalankan secara konsisten dengan dukungan pemerintah, industri, dan masyarakat.