JAKARTA - Setelah berbulan-bulan menghadapi kelangkaan bahan bakar, jaringan SPBU swasta seperti Shell, BP-AKR, dan Vivo akhirnya kembali beroperasi normal pada Desember 2025.
Pulihnya pasokan BBM ini membuka kembali ruang persaingan di pasar ritel energi, terutama setelah ketiga operator tersebut kembali mendapatkan suplai base fuel dari PT Pertamina Patra Niaga.
Sejak akhir Agustus 2025, konsumen menghadapi keterbatasan stok di SPBU non-Pertamina akibat gangguan distribusi. Kini, normalisasi suplai dapat terjadi setelah Pertamina Patra Niaga menyalurkan total 430.000 barel base fuel kepada seluruh badan usaha swasta, termasuk Shell, BP-AKR, dan Vivo.
Pertamina menegaskan bahwa distribusi base fuel itu dilakukan melalui mekanisme business to business (B2B) yang mengikuti prinsip compliance, tata kelola perusahaan, serta tender sesuai standar GCG. Dengan suplai yang kembali lancar, SPBU swasta mulai menyesuaikan harga BBM per 1 Desember 2025.
Normalisasi Pasokan Disusul Kenaikan Harga di Shell, BP-AKR, Vivo
Meski stok kembali tersedia, ketiga operator justru kompak melakukan penyesuaian harga. Kenaikan terjadi hampir pada seluruh produk BBM, baik bensin maupun diesel. Penyesuaian ini membuat harga di SPBU swasta cenderung berada di level serupa satu sama lain.
1. Shell
Shell menjadi salah satu yang melakukan revisi harga pada awal bulan.
Berikut daftar lengkapnya:
Shell Super: Rp13.000 per liter (naik dari Rp12.890)
Shell V-Power: Rp13.630 per liter (naik dari Rp13.420)
Shell V-Power Diesel: Rp15.250 per liter (naik dari Rp14.270)
Shell V-Power Nitro+: Rp13.890 per liter (naik dari Rp13.590)
Penyesuaian ini diterapkan bersamaan dengan pemulihan suplai dan peningkatan kebutuhan masyarakat menuju libur akhir tahun.
2. BP-AKR
Operator BP-AKR juga melakukan revisi harga untuk seluruh produk utamanya.
BP Ultimate: Rp13.630 per liter (naik dari Rp13.120)
BP 92: Rp13.000 per liter (naik dari Rp12.610)
BP Ultimate Diesel: Rp15.250 per liter (naik dari Rp14.140)
Kenaikan tersebut turut mencerminkan disesuaikannya struktur biaya setelah SPBU swasta kembali mendapatkan suplai base fuel.
3. Vivo
Tidak semua produk Vivo tersedia. Pada Desember 2025, SPBU ini hanya menjual dua jenis BBM, yaitu Revvo 92 dan Diesel Primus Plus.
Revvo 92: Rp13.000 per liter (naik dari Rp12.890)
Diesel Primus Plus: Rp15.250 per liter (naik dari Rp14.270)
Ketersediaan terbatas ini merupakan dampak langsung dari masa kekosongan stok sebelumnya.
Penyaluran 430 Ribu Barel Jadi Penentu Normalnya Stok
Krisis pasokan yang berlangsung sejak Agustus akhirnya dapat diatasi berkat penyaluran besar-besaran dari Pertamina Patra Niaga. Sebanyak 430.000 barel base fuel disalurkan melalui jaringan distribusi resmi kepada seluruh badan usaha penerima.
Pertamina menyampaikan bahwa proses tersebut mengikuti standar kerja sama antarperusahaan dan diawasi melalui sistem tata kelola yang ketat. Mekanisme tender juga dilaksanakan sesuai prinsip akuntabilitas dan good corporate governance.
Normalisasi suplai ini membawa dampak langsung pada operasional SPBU swasta. Setelah beberapa bulan mengalami antrean panjang, pembatasan pembelian, bahkan penutupan sementara sebagian gerai, kini ketiga operator bisa kembali melayani kebutuhan konsumen secara penuh.
Dengan stok yang kembali stabil, pasar BBM non-subsidi pun menggeliat. Konsumen kembali memiliki pilihan bahan bakar selain dari SPBU Pertamina, terutama bagi pengguna kendaraan dengan kebutuhan oktan tinggi.
Persaingan BBM Non-Subsidi Menguat Jelang Libur Akhir Tahun
Pemulihan suplai pada Desember 2025 datang pada momen yang penting, yakni menjelang masa libur Natal dan tahun baru ketika mobilitas masyarakat meningkat. Dengan penyesuaian harga yang dilakukan Shell, BP-AKR, dan Vivo, pasar BBM non-subsidi diperkirakan kembali kompetitif.
Meski terjadi kenaikan harga, konsumen pada segmen non-subsidi masih menunjukkan minat tinggi karena kebutuhan performa kendaraan dan preferensi merek. Ketersediaan penuh di seluruh operator swasta memberi alternatif bagi pengguna mobil bermesin modern yang memerlukan RON lebih tinggi.
Di sisi lain, kenaikan harga BBM non-subsidi juga mencerminkan dinamika pasar energi global, termasuk pengaruh harga minyak dunia dan biaya logistik. Dengan suplai kini kembali normal, kompetisi harga dan kualitas layanan di SPBU swasta kemungkinan menjadi lebih dinamis dalam beberapa bulan ke depan.
Pemulihan pasokan BBM di SPBU swasta pada Desember 2025 menjadi titik balik setelah krisis suplai berlangsung sejak Agustus. Penyaluran 430.000 barel base fuel dari Pertamina Patra Niaga menjadi faktor utama yang menormalkan stok Shell, BP-AKR, dan Vivo.
Namun, fase pemulihan ini justru dibarengi kenaikan harga hampir di seluruh jenis BBM. Dengan suplai kembali stabil dan permintaan meningkat pada masa liburan, persaingan SPBU swasta di pasar BBM non-subsidi diperkirakan kembali menguat.