JAKARTA - Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) di wilayah Aceh dan Sumatra.
Kepala Staf Angkatan Udara, Mohamad Tonny Harjono, menegaskan operasi ini bertujuan untuk mengurangi risiko bencana hidrometeorologi, terutama akibat curah hujan tinggi yang dapat memicu banjir dan longsor. Operasi ini dilakukan berdasarkan data dan analisis atmosfer terkini.
“Memang ini pemimpin sektornya adalah BMKG dengan BNPB. Hanya saya menjelaskan bahwa sudah ada lima pesawat caravan yang disiapkan oleh BNPB setiap hari melaksanakan OMC. Alhamdulillah hujan sudah mulai berkurang dan ini terus kita laksanakan ke depannya,” ujar Tonny kepada awak media, Rabu (3/12/2025).
Peran Pesawat Caravan dalam Operasi Modifikasi Cuaca
TNI AU menyiapkan lima pesawat caravan khusus untuk mendukung OMC. Pesawat-pesawat ini dilengkapi dengan peralatan yang memungkinkan penyemaian awan guna mengurangi intensitas hujan di wilayah terdampak bencana.
Tonny menekankan, keberadaan pesawat caravan ini merupakan bagian penting dari strategi mitigasi bencana nasional. Dengan menurunkan intensitas hujan, diharapkan wilayah rawan banjir dan longsor dapat terhindar dari dampak yang lebih parah.
Selain itu, operasi harian ini memungkinkan penyesuaian strategi berdasarkan perubahan kondisi atmosfer, sehingga langkah yang diambil selalu tepat sasaran dan responsif terhadap potensi bencana.
BMKG Fokus pada Efektivitas dan Ketepatan Sasaran
Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, menegaskan fokus utama OMC adalah memastikan hujan berlebih tidak menimbulkan kerugian yang signifikan. BMKG menjadi pemimpin teknis dalam operasi ini, mulai dari pemetaan awan hingga analisis data meteorologi.
“Upaya ini merupakan bagian dari kontribusi BMKG dalam memastikan respons nasional berjalan efektif dan terkoordinasi,” ujar Teuku dalam siaran pers.
Teuku menambahkan, koordinasi dengan BNPB dan TNI AU menjadi kunci keberhasilan OMC. Dengan sinkronisasi data dan jadwal operasi, proses mitigasi dapat berjalan lebih cepat, tepat waktu, dan tepat sasaran, sehingga risiko bencana dapat dikendalikan secara optimal.
Mitigasi Bencana Sebagai Prioritas Nasional
Operasi modifikasi cuaca yang dilakukan TNI AU bukan hanya sekadar upaya teknis, tetapi bagian dari strategi mitigasi bencana nasional yang lebih luas. Dengan mengurangi curah hujan ekstrem, pemerintah berharap dapat meminimalkan dampak kerusakan infrastruktur, kerugian ekonomi, dan risiko bagi masyarakat.
Tonny menekankan, operasi ini akan terus dilakukan selama cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi. Pesawat caravan dikerahkan setiap hari untuk melaksanakan misi ini, sehingga intervensi cuaca dapat dilakukan secara berkelanjutan dan konsisten.
Selain itu, operasi modifikasi cuaca menjadi salah satu contoh kolaborasi lintas lembaga. TNI AU, BMKG, dan BNPB bekerja bersama untuk memastikan respon nasional terhadap bencana bersifat terkoordinasi dan efektif.
Efektivitas OMC Terlihat di Lapangan
Tonny menyebut, sejak dilaksanakan, OMC telah menunjukkan dampak positif berupa penurunan intensitas hujan di sejumlah wilayah terdampak. Meski tidak dapat sepenuhnya menghentikan hujan, operasi ini terbukti mampu mengurangi potensi banjir dan longsor.
Dengan pendekatan ilmiah dan penggunaan teknologi pesawat caravan, langkah ini diharapkan menjadi model mitigasi bencana yang lebih modern dan adaptif. Ke depan, TNI AU dan BMKG berencana mengevaluasi efektivitas setiap operasi untuk terus meningkatkan hasilnya.
Selain itu, masyarakat dan pihak terkait dapat lebih siap menghadapi kemungkinan bencana karena data dan informasi dari BMKG dapat dimanfaatkan untuk perencanaan evakuasi dan tindakan mitigasi lainnya.
Kolaborasi Lintas Lembaga Jadi Kunci Keberhasilan
Keberhasilan operasi modifikasi cuaca tidak lepas dari koordinasi yang erat antara TNI AU, BMKG, dan BNPB. Setiap lembaga memiliki peran spesifik, mulai dari penyediaan pesawat, analisis cuaca, hingga penyaluran informasi mitigasi bencana kepada masyarakat.
Langkah ini menunjukkan bahwa mitigasi bencana modern membutuhkan sinergi antara teknologi, data ilmiah, dan respons lapangan. Tonny menegaskan bahwa integrasi ini penting untuk memastikan setiap operasi OMC berdampak maksimal dan tepat sasaran.
Kesimpulan: OMC Sebagai Strategi Mitigasi Bencana Modern
Operasi modifikasi cuaca yang dilakukan TNI AU di Aceh dan Sumatra menjadi salah satu strategi mitigasi bencana modern. Dengan memanfaatkan pesawat caravan, analisis meteorologi dari BMKG, serta koordinasi BNPB, operasi ini berhasil menurunkan intensitas hujan ekstrem.
Upaya ini tidak hanya membantu mencegah banjir dan longsor, tetapi juga memperkuat kesiapsiagaan nasional menghadapi bencana hidrometeorologi. Kolaborasi lintas lembaga dan penggunaan teknologi canggih menjadikan OMC sebagai contoh mitigasi bencana yang adaptif, efektif, dan terkoordinasi.
TNI AU menegaskan komitmennya untuk terus melaksanakan OMC setiap hari sesuai kebutuhan, sementara BMKG memastikan langkah-langkah yang diambil tepat waktu dan akurat. Dengan begitu, risiko bencana di wilayah rawan dapat dikurangi secara signifikan, sekaligus memberikan rasa aman bagi masyarakat terdampak.